Friday, February 09, 2007

Advertising Survival and Media Diversification

Kita sering liat iklan yang tidak kita sukai. Mungkin iklannya memang jelek, mungkin TVC mulai ketinggalan jaman, atau mungkin iklannya memang tidak ditujukan buat kita.

Kalau sebuah kampanye telah direncanakan dengan matang untuk ditujukan kepada TA tertentu, dan memang jadi iklan-iklan yang bagus, seseorang akan suka bahkan rela meluangkan waktu dan uang untuk iklan-iklan tersebut. Pembuat Skype (yang saya lupa namanya), baru-baru ini diwawancara untuk rencana dia bikin TV berlangganan gratis via internet. Dia yakin orang masih mau liat iklan, dengan mencontohkan majalah-majalah kosmopolis (hah..) yang memang isinya banyakan iklan (iklan baju, iklan kosmetik, dsb). Asal itu tadi, iklannya memang destinated untuk suatu TA tertentu jadi yang nontonnya juga tetap merasa asik.

Di sini kita liat pentingnya perencanaan yang didasarkan pada pemahaman terhadap keinginan TA kita. Ngobrol kan lebih asik dan akrab kalau kita sudah kenal dengan siapa yang kita ajak bicara. Obrolan apa yang dia bakal suka, gimanhttp://www2.blogger.com/post-edit.do#a bahasa kalo ngobrol dengan dia… dsb. Karena sifatnya yang komunikatif inilah memang, kita semestinya berpikir untuk bikin komunikasi, bukan sekadar bikin iklan yang lucu atau asik bikinnya.

Sifat TV memang meluas. Siapa aja bisa nonton. Apalagi dengan sistem penyiaran seperti yang ada sekarang di Indonesia yang dipenuhi TV jangkauan nasional. Dengan kondisi ini, mungkin saja iklan yang udah dibikin dengan penuh perencanaan dan pemahaman TA, ditonton juga oleh orang jenis lain yang ga dimaksud. Nah ini bisa kita bawa sampai ngomongin perencanaan media, dan dari sini obrolannya bisa meluas ke mana-mana.

Ngomong-ngomong soal industri media, saya punya dugaan bahwa dengan ketatnya persaingan antara corporate media yang diruncingkan oleh transcorp, kita masih akan liat setidkanya satu merger/akuisisi lagi. Apa artinya ini buat pembicaraan kita?

Konglomerasi memungkinkan media-media untuk lebih terkoordinasi dalam mengambil posisinya masing-masing. Sebuah perusahaan yang megang 2 stasiun TV, punya kemampuan agar TVnya saling melengkapi: yang satu buat ditonton ibu-ibu dan yang satu lagi untuk bapak-bapak, misalnya. Jadi situasi dalam industri media sekarang, bisa membawa kita ke era di mana TV-TV sudah lebih fokus ke penonton. TV yang lebih komunikatif.

Kita bahkan belum ngomongin teknologi-teknologi terbaru dalam broad dan pod casting. Ini hubungannya dengan komunikasi yang lebih interaktif lagi antara media dan audiens.

Jadi tantangannya akan semakin menarik. Pilihan media yang lebih beragam dan terfokus.

Kalau kamu media planner, kamu ibarat punya palet dengan warna cat yang lebih banyak, dan kamu bisa mencampur lebih banyak lagi warna-warna. Mix them. In your palette. Hey, mungkin itu kenapa di Dentsu, departemen medianya disebut Media Palette.

Kalau kamu anak kreatif, kamu jadi bisa bikin iklan yang pesannya lebih spesifik dan khusus untuk kalangan tertentu. Bisa bikin iklan lebih banyak karena dari satu ide yang umum, kamu akan disuruh bikin beberapa versi untuk berbagai daerah dan berbagai bahasa, misalnya. Bisa bikin lucu-lucuan yang cuma dimengerti anak Bandung, mungkin? Atau guyonan khas Jogja?

Intinya, industri ini akan menjalin hubungan yang semakin erat dan sok akrab dengan audiensnya. Di mana tantangannya bukan sekadar untuk menarik perhatian orang untuk mendengar dan membaca, tapi memancing interaksi yang komunikatif.