Thursday, April 26, 2007

Tentang Model Pengelolaan Brand

Beberapa agency ataupun pemilik brand, mengembangkan modelnya sendiri. Yah, misalnya Ogilvy dengan 360 Brand Stewardship, atau Unilever dengan BrandKey.

Model-model tersebut mungkin diberi nama aneh-aneh, istilah-istilah yang digunakan juga bisa macam-macam.

Terlepas dari nama dan istilah, model-model tersebut, bisa jadi sebenarnya mirip-mirip, karena dibuat dengan tujuan yang sama:

1. menjadi pondasi pengeloaan brand, serta
2. membuat silau bagi hadirin peserta presentasi.....

Model core value sebuah brand bisa jadi terlihat sophisticated, karena memang merupakan pondasi pengembangan sebuah brand.

Model tersebut memberi arahan bagi pengembangan Kreatif, kampanye komunikasi, brand extension, pengembangan produk dan layanan, serta bahkan pemilihan media.


Pada dasarnya, model tersebut mendefinisikan positioning, diferensiasi, kepribadian, profil konsumen, serta aspek-aspek lain dari sebuah brand.

Untuk menyusun sebuah model, seorang brand manager/account planner berangkat dari pemahaman terhadap konsumen. Karena itu insight terhadap konsumen, kondisi brand pada saat ini, serta persaingan yang sedang berlangsung, seringkali menjadi bagian yang terintegrasi dalam sebuah model.

Kita bisa jadi akan menemukan konsep atau deskripsi yang absurd (haha..) seperti "Bukan Basa-Basi", "Urban Energetic Youngsters", "witty", atau "The Cheerful Humanist" dalam model-model ini.
Pada dasarnya, konsep, deskripsi, dan pernyataan yang aneh-aneh ini adalah upaya membahasakan generalisasi temuan riset, atau suatu gagasan abstrak, untuk disampaikan dalam bentuk brief bagi pengembangan selanjutnya.

Karena itu kemampuan abstraksi, perbendaharaan vocabulary (wuaahahahaa..), sensififitas, ke-tegaan untuk nge-judge dan menggeneralisasikan orang lain (hakakakk..) adalah amat penting ketika kita berhadapan dengan sebuah model.

Tantangannya adalah, bagaimana model brand tersebut bisa diterjemahkan secara konsisten, fleksibel, dan inspiring bagi pengembangan selanjutnya. Untuk ini, kita perlu otoritas, legitimasi, karisma dan niat yang kokoh, sebagai seorang Soul Guardian (dalam istilah Om DanRem, Idea Custodian).

Ini tidak mudah, apalagi ketika berhadapan dengan orang Kreatif yang pengen nyeleneh, Manager Regional yang bahasa inggrisnya seperti berkumur, klien yang keukeuh, dan terutama... masyarakat yang begitu kompleks dan dinamis sebagai sasaran komunikasi kita.