Monday, October 09, 2006

Mari Melawan Lupa

Kasus Munir, setelah dibebaskannya Pollycarpus dan revitalisasi TPF oleh Presiden, kembali menjadi sorotan. Tapi sampai kapan? Akan ada hal-hal lain yang diagendakan media massa sebagai headline, mengubur cerita lama ini, sehingga kita kembali lupa.




Mungkin seperti ini pula Almarhum dulu berpikir. Hingga ia terus memperjuangkan keadilan bagi luka-luka lama. Munir berjuang demi menegakkan keadilan bagi mereka yang ditindas, dibungkam, dan dihilangkan. Betapapun media massa menemukan hal-hal baru untuk diceritakan, bukan berarti kisah yang lama telah menemukan penyelesaian. Dan ada bukunya loh, Sebuah Kitab Melawan Lupa

Tapi kita mungkin bukan aktivis. Dan kita mungkin akan menelan ludah *glek*, ketika berhadapan dengan anjing-anjing fasis yang tak kasat mata.

Namun siapa lagi?

Hey, kita-kita inilah klas menengah Indonesia, kaum terpelajar, pekerja berkerah yang bisa internetan, punya cukup pengetahuan dan wawasan, punya lebih banyak akses informasi ketimbang masyarakat lain.

Sebarkan dan ceritakan. Ingatkan orang-orang. Informasikan.

Kalau kita memang selalu ingin eksis dan ikut tren, jadikan Kepedulian sebagai sesuatu yang keren.

Sehingga anjing-anjing fasis yang tak kasat mata itu melihat. Bahwa kalo mau blacklist dan menyadap, mereka terpaksa melakukannya pada kita semua.

Karena kita semua telah sadar bahwa keadilan harus ditegakkan. Bahwa kita adalah bangsa yang tak akan membiarkan penjahat melenggang jadi pejabat. Bahwa kita manusia yang punya sistem dan peradaban. Dan sistem itu semestinya melindungi mereka yang lemah, menegakkan keadilan, memberdayakan yang tertindas.

Ini bukan tentang sosok seorang individu bernama Munir yang telah mati.
Karena Munir bukan milik janda dan anak-anaknya, Munir adalah simbol milik kita semua.

Ini tentang perjuangan keadilan melawan kezaliman; melawan anjing-anjing fasis yang masih terus beroperasi dengan uang rakyat. Kita tunjukkan bahwa kita adalah bangsa yang dewasa, yang rakyatnya tidak perlu diawasi dan ditakut-takuti untuk bersatu. Kita lebih pintar dari doktrin-doktrin fasisme itu.

Sebarkan dan ceritakan. Karena jika kita terus membiarkan, kita tidak akan pernah benar-benar jadi sebuah bangsa manusia.

No comments: