Thursday, August 24, 2006

Perspektif Habermas (Menuju Ruang Publik yang Ideal dan Masyarakat yang Komunikatif)


Habermas dan Peran Penting Ruang Publik
Semangat pencerahan yang melanda Eropa berkeyakinan bahwa akal manusia dapat mengatasi segala mitos dan penindasan yang dialami selama masa feodalisme. Mitos, kepercayan dan tahayul digantikan oleh akal yang rasional, ilmiah, terukur dan objektif. Segala kemampuan ini diinstrumentalisasikan manusia dalam rangka produksi yang efektif dan efisien.
Semangat kemampuan teknis dalam peradaban manusia ini, selain berhasil melepaskan manusia dari penindasan dan kungkungan tradisi, ternyata justru melahirkan bentuk penindasan baru, antara manusia dan manusia. Dalam rasio teknis ini, logika manusia tereduksi dalam kepentingan teknis semata, sehingga mengesampingkan kepentingan-kepentingan lain yang terdapat dalam masyarakat, beserta nilai-nilai kemanusiaan.
Masalah inilah yang berupaya dkritik oleh Mazhab Frankfurt. Adorno dan Horkheimer, serta Marcuse, melalui karya mereka masing-masing berupaya menunjukkan cacat-cacat yang terdapat dalam Semangat Pencerahan ini, yang terumuskan dalam nilai-nilai modernitas. Mereka semua sepakat bahwa modernitas, dengan rasio teknis-instrumentalnya telah membentuk totalitarianisme-administratif.
Apa yang disebut oleh Weber sebagai Zweckrationalitat, rasionalitas-bertujuan, dalam praktek kemasyarakatan akan mereduksi nilai-nilai kemanusiaan menjadi sekadar hubungan objektivisasi yang menyebabkan manusia saling menindas satu-sama lain.
Untuk semua kritik ini, Mazhab Frankfurt amat dipengaruhi oleh pemikiran Marxisme. Teori Kritis mengalami kebuntuan ketika ternyata, setiap bentuk antitesis akhirnya melahirkan sintesis kemapanan baru, yang juga memiliki potensi reduksi dan penindasan.Dalam wacana kritik-kritik terhadap modernitas, yang berujung pada kebuntuan inilah kemudian Habermas muncul. Seperti para pendahulunya di Mazhab Frankfurt, Habermas banyak dipengaruhi oleh Marxisme dalam menganalisa kondisi masyarakat secara tajam.Ada banyak terobosan (memasukan Mitologi Yunani? Menggunakan PsikoAnalisis Freud? dsb) yang ditawarkan dalam pemikiran Habermas untuk mengatasi kebuntuan-kebuntuan dalam kritik terhadap modernitas. Terobosan-terobosan itu –terutama dari konsep Rasio Komunikatif/Interaksi nya- menjadikan kritik Habermas lebih tajam tapi sekaligus komprehensif. Habermas mengurai konstelasi kepentingan-kepentingan dalam masyarakat, menawarkan suatu bentuk masyarakat ideal, dalam kritik-kritiknya.
Berbeda dari para pendahulunya, Habermas tidak terpaku dalam sorotan terhadap kepentingan teknis semata. Menurut Habermas, masyarakat memiliki 3 jenis kepentingan yang masing-masing memiliki pendekatan dan rasionya masing-masing.Kepentingan Teknis, adalah kepentingan untuk menyediakan sumberdaya natural. Karena sifatnya yang sangat instrumental —dengan tugas yang konkret— kerja, pada dasarnya adalah kepentingan yang “teknis”.Kepentingan yang kedua adalah interaksi. Karena kerjasama sosial amat dibutuhkan untuk bertahan hidup, Habermas menamakannya kepentingan “praktis”. Ia mencakup kebutuhan-kebutuhan manusia untuk saling berkomunikasi beserta praktek-prakteknya.Kepentingan yang ketiga adalah kekuasaan. Tatanan sosial, secara alamiah cenderung pada distribusi kekuasaan, namun pada saat yang sama, kita juga memiliki kepentingan untuk membebaskan diri dari dominasi. Kekuasaan mengarah pada distorsi terhadap komunikasi, namun dengan menjadi sadar akan adanya ideologi-ideologi yang dominan di masyarakat, suatu kelompok kemudian dapat memberdayakan dirinya untuk mengubah keadaan. Maka, kepentingan kekuasaan adalah kepentingan yang “emansipatoris”.
Masyarakat selalu mengandung ketiga jenis kepentingan ini. Pertentangan antar kepentingan-kepentingan yang ada, hanya dapat diselesaikan tanpa dominasi salah satu kepentingan di atas yang lain, melalui perdebatan yang rasional.Di sinilah Habermas memperkenalkan konsep Ruang Publik. Baginya, Ruang Publik adalah wahana di mana setiap kepentingan terungkap secara gamblang, setiap warga masyarakat memliki akses yang sama untuk berpartisipasi, kemudian mereka terdorong untuk mendahulukan kepentingan bersama dan mencapai konsensus mengenai arah masyarakat tersebut ke depan dan menemukan solusi bersama dalam memecahkan maasalah-masalah yang mereka hadapi.Ruang Publik hanya dapat mencapai fungsinya ketika telah tercipta Situasi Berbicara yang Ideal. Situasi yang ideal ini, adalah keadaan di mana klaim-klaim yang diperdebatkan dapat dibicarakan dan diargumentasikan secara rasional. Dalam situasi ideal ini, kebenaran tidak menjadi objek dari kepentingan tersembunyi dan permainan, melainkan muncul lewat argumentasi.
Ruang Publik ini juga merupakan jembatan interaksi antara penguasa dan masyarakat. Kekuasaan, mencapai legitimasi dan pengakuan masyarakat, serta memahami arah yang diinginkan masyarakat melalui dialog dalam Ruang Publik. Sementara masyarakat dapat menyuarakan kepentingannya agar dapat diakomodir oleh penguasa.Hanya melalui Ruang Publik inilah, dapat terwujud masyarakat yang dewasa dan bebas dari penindasan-penindasan dan menanggulangi krisis yang mereka hadapi.
Media Massa Sebagai Ruang Publik
Ruang Publik, dalam prakteknya dapat terwujud dalam berbagai kesempatan. Habermas menyoroti kemampuan pers atau media massa untuk menjadi sebuah Ruang Publik yang dapat menjalankan fungsinya.Media massa, dengan jangkauannya yang luas dan kandungan informatif yang dimilikinya, bersentuhan langsung dengan wilayah publik. Hanya saja, Habermas mewaspadai bahwa keberadaan media massa tidak terlepas dari kepentingan privat yang menyelenggarakannya. Kepentingan privat ini harus ditampilkan secara terbuka dan dikesampingkan di bawah kepentingan publik.

1 comment:

Anonymous said...

dari segi empirisnya memang betul, media yang seharusnya menjadi ruang publik bagi masyarakat yang "bebas" dan menjadi wahana penghubung antara masyarakyat dan penguasa, masih didominasi oleh pemilik modal sehingga menyebabkan kapitalisme media.

thanks ilmunya kang :D